Jakarta - Sebanyak 15 ribu karyawan PT Freeport Indonesia saat ini merasa terisolasi di kawasan tambang Tembaga Pura dan Kuala Kencana Papua akibat demo. Mereka mengaku stres dan tidak tenang karena minimnya keberadaan aparat keamanan di sana.
Sata Solihin, salah seorang perwakilan karyawan mengatakan seluruh akses infrastruktur tidak dapat digunakan karena adanya aksi pemblokiran dari para pendemo.
"Kami capek, lelah, stres, sangat terintimidasi. Sejak kasus penembakan tahun 2009, kami belum lihat ada upaya konkret," jelas Solihin dalam telecenfrence di kantor Freeport Indonesia, Jakarta, Senin (17/10/2011).
Para karyawan meminta agar Presiden SBY dapat turun tangan. Pasalnya segala akses jalan, bahkan bandara di Timika tidak dapat digunakan.
"Kami minta Kementerian terkait dan SBY untuk turun tangan. Kami juga anak negeri. Jangan kami biarkan terus merasa mencekam. Selesaikan masalah ini secepat mungkin," jelasnya.
"Kami turun naik bis, dikawal pakai senjata. Jangan kami dijadikan masyarakat nomor dua. Menkumham, Kapolri juga diperhatikan. Kalau jalan diblok, kami mau makan apa? Airport di blok, pihak keamanan posisi di mana?," tuntut para karyawan PTFI.
Dengan tindakan konkret diharapkan kondisi area tambang dapat kembali aman. "Apa kami harus membela diri sendiri? Tunggu ada yang mati?" tambah karyawan perseroan.
"Kami 15 ribu karyawan di Tembaga Pura butuh keamanan," kata karyawan lain.
Seperti diketahui perselisihan manajemen Freeport dengan serikat pekerjanya terkait tuntutan tenaga kerja non-staf Freeport yang meminta kenaikan gaji berstandar dolar. Perselisihan ini berujung mogok kerja ribuan karyawan non staf Freeport.
Pihak manajemen Freeport mengklaim, telah memberikan pengupahan yang terbaik di industri pertambangan di Indonesia. Sebagai gambaran rata-rata penghasilan (take home pay) karyawan non staf termasuk yang paling terendah di Freeport bisa memboyong Rp 210-230 juta per tahun.
Namun karyawan tetap menuntut kenaikan gaji pada rentan US$ 17,5 per jam sampai US$ 43 per jam. Dalam perhitungan US$ 17,5 per jam saja, total pendapatan yang akan diterima karyawan mencapai Rp 49 juta per bulan, atau Rp 500 jutaan per tahun.
Dengan kondisi yang semakin mencekam, harga barang kebutuhan dasar hingga tarif ojek di Timika meningkat.
"Kami terima keluhan dari masyakarat, bahwa telah terjadi kenaikan harga. Saat proses negosiasi terus berjalan. Harga sayur, dari Rp 5 ribu menjadi Rp 10 ribu. Harga beras sekarung dari Rp 120 ribu menjadi Rp 300 ribu," imbuh VP Hubungan Masyarakat PT Freeport Indonesia, Demianus Dimara.
sumber : detik.com
0 comments:
Posting Komentar
Komentar tanpa moderasi,dan blog ini Do Follow blog
Silahkan komentar