Denpasar - Sehari usai merayakan Nyepi, pemuda-pemudi warga Denpasar menggelar atraksi ciuman
massal atau yang disebut sebagai omed-omedan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak sebelum zaman penjajahan.
Omed-omedan digelar secara unik oleh teruna-teruni Banjar Kaja, Desa Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar, Minggu (6/3/2011).
Omed-omedan ini disaksikan oleh ribuan warga dan wisatawan asing. Ribuan penonton dari berbagai sudut Kota tumpah ruah memenuhi areal pertunjukkan yang terbilang sempit di ruas jalan Sesetan.
Hadir juga Walikota I B Rai Dharmawijaya Mantra, Sekkot AAN Rai Iswara, DPRD Kota, SKPD, Camat Densel, Kades/Lurah dan tokoh masyarakat.
Atraksi Omed-omedan atau ciuman massal wajib diikuti oleh warga desa yang masih muda. Pemainnya terbagi dua kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan kelompok perempuan.
Setiap sesi, masing-masing kelompok mengeluarkan jagonya. Setelah siap, pihak laki-laki dan perempuan berdiri berseberangan. Mereka kemudian didorong oleh kelompoknya masing-masing. Setelah mendekat, pasangan ini saling dekap dan melancarkan ciuman.
Hanya saja, aksi ciuman ini tak berlangsung lama. Panitia, yang merupakan warga yang sudah tua menyiramkan air ke pasangan tersebut, sebagai tanda mengakhiri ciuman.
Aksi ciuman pun beragam cara, para laki-laki ada yang mendaratkan ciuman ke bibir perempuan atau ke leher.
Walikota Mantra mengatakan Omed-omedan sebagai salah satu budaya dan tradisi serta merupakan warisan budaya yang dimiliki masyarakat Banjar Kaja, Desa Pakeraman Sesetan patut terus dikembangkan dan dilestarikan.
"Nilai-nilai yang diwariskan melalui kegiatan tersebut yang mana adanya rasa kebersamaan dan kegotong-royongan hendaknya dijadikan sebagai pemacu semangat dalam menjaga warisan budaya," katanya.
Bahkan, atraksi Omed-omedan dikemas menjadi Sesetan Heritage Omed-omedan Festival 2011.
Sementara itu, Bendesa Pekraman Sesetan I Wayan Meganadha mengatakan atraksi budaya Omed-omedan ini merupakan warisan yang sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun dan telah ada jauh sebelum zaman penjajahan. "Sebagai generasi muda kami ingin terus melestarikan dan mengemas kegiatan ini secara lebih modern dalam bentuk festival," katanya.
Sumber : detik.com
0 comments:
Posting Komentar
Komentar tanpa moderasi,dan blog ini Do Follow blog
Silahkan komentar