Bandung - Jenglot yang membuat geger warga Babakan Ciparay Kota Bandung diketahui bernama Ki Darta. Usianya diperkirakan lebih dari 100 tahun. Sama dengan mitos jenglot selama ini, Ki Darta juga harus diberi makan darah.
Yogi Si Jampang (21), orang yang melakukan 'penarikan' jenglot di sebuah rumah di Gang Mama Dipa RT 02 RW 05 Kel Sukahaji Kec Babakan Ciparay mengatakan memelihara jenglot sama seperti memelihara hewan peliharaan.
"Ya kaya piara binatang, jenglot juga dikasih makan. Makannya ngga setiap hari, makanannya darah. Bisa darah ayam cemani, atau manusia," katanya.
Cara memberi makannya, yaitu hanya dengan meneteskan darah pada bagian mulut jenglot. Tapi bukan saat itu jenglot tersebut makan. "Setelah diteteskan, sukma dari jenglot itu menandai orang yang darahnya akan diambil. Baru malam hari, dia akan mengambilnya," katanya.
Efek pada orang yang darahnya diberikan pada jengot, akan merasa sulit tidur dan badannya panas. Namun hanya satu kali saja ia mengalami itu.
Jika jenglot tak diberi makan, maka biasanya ia akan mengambil kekuatan dari orang di sekitarnya. "Jika ada anak kecil di rumah, biasanya jadi sakit. Itu dia
bahayanya memelihara jenglot," katanya.
Yogi kemudian memperlihatkan jenglot yang ia tarik dari dalam toples. Panjang jenglot tersebut sekitar 10 hingga 15 cm.
Tubuhnya terlihat hanya terdiri dari tulang-tulang. Tangannya seperti melipat, dengan kuku-kuku yang tumbuh panjang. Mulutnya bermoncong, ada taring yang terlihat. Sementara rambutnya panjang lebih dari 30 cm.
Sebelumnya warga Gang Mama (Jamika) dihebohkan dengan adanya kabar jenglot yang 'ditangkap' sekelompok pemuda di sebuah rumah. Meski belum banyak orang yang melihat, kabar ini tersebar dari mulut ke mulut. Ada yang percaya, ada juga yang tidak.
Fenomena jenglot di Indonesia dikabarkan sudah mulai muncul pada 1997-an. Jenglot diyakini masyarakat adalah sebagai seorang manusia yang mempunyai ilmu sakti di masa lalu yang meninggal, tetapi tubuhnya ditolak oleh bumi, sehingga tubuhnya tidak hancur melainkan menciut hingga menjadi bentuk seperti jenglot.
Sumber : detik.com
Yogi Si Jampang (21), orang yang melakukan 'penarikan' jenglot di sebuah rumah di Gang Mama Dipa RT 02 RW 05 Kel Sukahaji Kec Babakan Ciparay mengatakan memelihara jenglot sama seperti memelihara hewan peliharaan.
"Ya kaya piara binatang, jenglot juga dikasih makan. Makannya ngga setiap hari, makanannya darah. Bisa darah ayam cemani, atau manusia," katanya.
Cara memberi makannya, yaitu hanya dengan meneteskan darah pada bagian mulut jenglot. Tapi bukan saat itu jenglot tersebut makan. "Setelah diteteskan, sukma dari jenglot itu menandai orang yang darahnya akan diambil. Baru malam hari, dia akan mengambilnya," katanya.
Efek pada orang yang darahnya diberikan pada jengot, akan merasa sulit tidur dan badannya panas. Namun hanya satu kali saja ia mengalami itu.
Jika jenglot tak diberi makan, maka biasanya ia akan mengambil kekuatan dari orang di sekitarnya. "Jika ada anak kecil di rumah, biasanya jadi sakit. Itu dia
bahayanya memelihara jenglot," katanya.
Yogi kemudian memperlihatkan jenglot yang ia tarik dari dalam toples. Panjang jenglot tersebut sekitar 10 hingga 15 cm.
Tubuhnya terlihat hanya terdiri dari tulang-tulang. Tangannya seperti melipat, dengan kuku-kuku yang tumbuh panjang. Mulutnya bermoncong, ada taring yang terlihat. Sementara rambutnya panjang lebih dari 30 cm.
Sebelumnya warga Gang Mama (Jamika) dihebohkan dengan adanya kabar jenglot yang 'ditangkap' sekelompok pemuda di sebuah rumah. Meski belum banyak orang yang melihat, kabar ini tersebar dari mulut ke mulut. Ada yang percaya, ada juga yang tidak.
Fenomena jenglot di Indonesia dikabarkan sudah mulai muncul pada 1997-an. Jenglot diyakini masyarakat adalah sebagai seorang manusia yang mempunyai ilmu sakti di masa lalu yang meninggal, tetapi tubuhnya ditolak oleh bumi, sehingga tubuhnya tidak hancur melainkan menciut hingga menjadi bentuk seperti jenglot.
Sumber : detik.com
0 comments:
Posting Komentar
Komentar tanpa moderasi,dan blog ini Do Follow blog
Silahkan komentar